Pemkot Ambon akan Perbaiki Sarana dan Prasarana Sekolah
“Banyak sekolah di kota Ambon yang masih belum layak. Dalam lima tahun ke depan, pemerintah akan berupaya memperbaiki kondisi sekolah agar mendukung proses belajar mengajar secara optimal,” kata Walikota Ambon Bodewin M. Wattimena
Walikota menyampaikan hal itu dalam pertemuan dengan para kepala sekolah dasar dan menengah pertama (SD dan SMP), di Hotel Manise, Rabu (26/3/2025).
Ia menekankan pentingnya pendidikan guna meningkatkan derajat anak anak di Maluku, khususnya kota Ambon.
“Ini akan menjadi perhatian serius dalam masa kepemimpinan beta bersama ibu Ely Toisuta,” katanya.
Pertemuan yang juga dihadiri Sekretaris Kota Roby Sapullete, Kepala Dinas Pendidikan Ferdinand Tasso dan sejumlah pimpinan OPD Kota Ambon itu membahas peningkatan kualitas pendidikan sebagai bagian dari 17 program prioritas Pemerintah Kota Ambon 2024-2029.
Distribusi Guru
Selain infrastruktur, Bodewin Wattimena mengatakan distribusi guru yang merata juga menjadi perhatian, dan akan dilakukan pendataan ulang untuk memastikan setiap sekolah memiliki jumlah guru sesuai kebutuhan. Begitu pula ketersediaan sarana prasarana teknologi dan penerapan kurikulum yang berlaku.
Walikota juga meminta keterlibatan orangtua dan masyarakat dalam.mendukung peningkatan kualitas atau mutu pendidikan SD dan SMP yang merupakan basis utama pembentukan karakter dan intelektualitas (kecerdasan) anak.
“Kami akan memastikan komunikasi yang baik antara orangtua dan para guru,” katanya.
Dana BOS
Bodewin Wattimena mengakui adanya berbagai tantangan dalam meningkatkan mutu pendidikan, terutama dalam hal pengelolaan anggaran.
Ia menyinggung beberapa laporan terkait penggunaan dana BOS di beberapa sekolah di kota Ambon, termasuk pemberitaan media mengenai kesalahan manajemen di beberapa sekolah.
“Saya tidak akan menyalahkan media. Media adalah komponen eksternal pemerintah yang berkontribusi pada perbaikan pelayanan publik, termasuk di sekolah-sekolah,” katanya.
Sehubungan dengan itu, Walikota meminta para kepala sekolah melihat media sebagai mitra, bukan musuh, untuk berdiskusi dan memberikan klarifikasi atas berbagai permasalahan yang ada dalam proses penyelenggaraan sekolah. (*)