Refleksi Dua Tahun Sekolah Enuma di Ambon
Sistem pembelajaran dengan pendekatan yang lebih fleksibel, tidak mendikte, terlebih lagi tidak membosankan, yakni belajar sambil bermain dinilai mumpuni dalam membantu para generasi Z untuk lebih mudah memahami pelajaran, terutama literasi dan numerasi.
Adalah Sekolah Enuma, program pembelajaran berbasis digital dengan metode gamifikasi bagi pembelajar pemula untuk cakap dalam pelajaran bahasa Indonesia, Inggris dan matematika. Dua tahun sudah program tersebut diterapkan di Kota Ambon oleh Yayasan Arika Mahina berkolaborasi dengan Dinas Pendidikan setempat.
Didukung The HEAD Foundation yang menyediakan perangkat pendukung berupa komputer tablet dan penyuara telinga, sejak pertama kali diluncurkan di Ambon, aplikasi Sekolah Enuma telah digunakan oleh tak kurang dari 600 siswa SD setempat.
Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Ambon John Sanders mengatakan aktivitas Sekolah Enuma di Ambon selama dua tahun terakhir mengalami peningkatan yang luar biasa, karena capaian para siswa untuk tiap mata pelajaran pada semua level mengalami peningkatan yang signifikan.
Hal itu ucap dia, tak terlepas dari dukungan orang tua, juga kerja keras para guru dan kepala sekolah yang menjadi tempat penyelenggaraan program Sekolah Enuma, serta monitoring dari Yayasan Arika Mahina yang memantau perkembangan proses penerapan pembelajaran digital.
“Level mereka dalam semua mata pelajaran mengalami peningkatan, ini memberikan sebuah kontribusi yang baik bagi pembelajaran digital di satuan pendidikan yang menjadi sekolah pelaksana. Minat dan antusias siswa terhadap pembelajaran digital ini juga luar biasa,” katanya.
John berharap penerapan program Sekolah Enuma ke depannya lebih ditingkatkan lagi karena selain meningkatkan kecakapan siswa dalam literasi dan numerasi, dampat positif lainnya adalah anak-anak sejak dini sudah belajar memanfaatkan telepon genggam mereka dengan bertanggung jawab.
Terkait itu, pihaknya berencana untuk mendorong sekolah-sekolah lainnya agar bisa menyediakan fasilitas dasar, yakni komputer tablet dan penyuara telinga secara mandiri menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
“Semua berebutan agar program ini diterapkan juga di sekolah mereka tapi fasilitas terbatas. Kami akan dorong lagi kepala-kepala sekolah sebagai penyelenggara pendidikan agar bisa menyediakan perangkatnya dengan anggaran BOS, walaupun tidak banyak,” ujarnya.

Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Ambon John Sanders membuka Pertemuan Refleksi Pembelajaran Berbasis Digital Sekolah Enuma Indonesia (20/6). Dok. Yayasan Arika Mahina
Belajar sambil bermain via platform digital
Dikembangkan oleh Enuma, Inc., aplikasi Sekolah Enuma menyediakan beragam fitur permainan, buku dan video bagi pembelajar pemula mulai dari tingkat Paud hingga kelas dua SD. Melalui sistem pengelolaan pembelajaran (Learning Management System – LMS) berbasis digital, anak-anak dapat belajar secara mandiri dengan pantauan orang dewasa.
Metode pembelajaran dalam bentuk game atau permainan dinilai mampu merangsang kemampuan kognitif, afektif maupun psikomotorik anak, karena mekanisme belajar sambil bermain dan skor penilaian berupa naik ke level berikutnya membuat anak-anak lebih antusias.
Program sekolah Enuma pertama kali diluncurkan di Kota Ambon pada 6 Oktober 2022. Sedikitnya ada delapan SD yang ikut serta pada fase pertama, yakni SD Negeri 93 Ambon, SD Al Ikhsan, SD Negeri Ama Ory, SD Negeri 1 Amahusu, SD Negeri Seilale, SD Negeri Tuni, SD Alhilaal 5 Keranjang dan SD Negeri Kilang.
Yayasan Arika Mahina dan Dinas Pendidikan kemudian menambahkan SD Negeri 70 Ambon dan SD Kristen Nania ke dalam program Sekolah Enuma pada tahun 2023, sehingga jumlah siswa yang ikut serta sebelumnya hanya 500 orang naik menjadi 600 orang.
Menurut Kepala SD Al Ikhsan Djanuasdudi SR. Saputra, program Sekolah Enuma sangat membantu guru wali kelas dalam meningkatkan kemampuan literasi para siswa, khususnya di kelas satu dan dua yang baru belajar membaca dan menulis.
Diakuinya, terjadi peningkatan yang signifikan selama dua tahun menerapkan program Sekolah Enuma. Sedikitnya ada lima orang siswa telah menyelesaikan semua level pada mata pelajaran bahasa Indonesia, dan satu orang siswa lainnya sudah menuntaskan level mata pelajaran matematika.
“Sangat antusias, terutama di kelas awal yang baru mulai belajar membaca dan menulis. Bermain dengan pengenalan benda-benda lebih menarik untuk mereka dan membuat betah belajar. Progres lainnya adalah anak-anak juga belajar beraktivitas dengan ponsel pintar secara benar karena kalau di rumah mereka memiliki telepon genggam tapi penggunaannya tidak terarah,” katanya.
Dikatakannya lagi, selain bahasa Indonesia dan matematika, pihaknya masih kesulitan untuk menerapkan mata pelajaran bahasa Inggris karena tidak memiliki guru bidang studi tersebut. Kendati demikian, SD Al Ikhsan tetap mengupayakan agar pelajaran bahasa Inggris tetap dilaksanakan.
Proses penerapan mata pelajaran bahasa Inggris dilakukan dengan cara memberlakukan PR, para siswa diminta untuk menuliskan kata bahasa Inggris yang tidak mereka pahami, kemudian secara mandiri mencari artinya dengan bantuan orang tua di rumah.
“Tahun pertama dan kedua progresnya naik, tapi menjelang tahun ketiga ini kami mengalami sedikit penurunan di mata pelajaran bahasa Inggris. Rencananya tahun ini kami akan menyediakan guru bahasa Inggris,” ucapnya.

Tim Arika Mahina berdiskusi dengan para guru pendamping dalam Pertemuan Refleksi Pertemuan Refleksi Pembelajaran Berbasis Digital Sekolah Enuma Indonesia (20/6). Dok. Yayasan Arika Mahina
Progres dua tahun program Sekolah Enuma di Ambon
Menjelang tahun ketiga pelaksanaan Sekolah Enuma di Ambon, Yayasan Arika Mahina menggelar pertemuan refeksi pelaksanaan pembelajaran berbasis digital pada 20 Juni, guna mengevaluasi penggunaan aplikasi Sekolah Enuma dan manfaatnya selama tahun ajaran 2022/2023 dan 2023/2024, karena para siswa di delapan SD pada fase pertama akan mengakhiri partisipasi mereka.
Dihadiri oleh 10 kepala SD dan 27 guru pendamping, pertemuan itu juga bertujuan untuk mengidentifikasi keberhasilan dan kekurangan program, mengevaluasi efektivitas strategi pelaksanaan yang digunakan, dan meninjau partisipasi siswa dalam memanfaatkan pembelajaran digital Sekolah Enuma.
“Dengan melakukan refleksi yang komprehensif terhadap program pembelajaran berbasis aplikasi digital Sekolah Enuma, sekolah dapat mengidentifikasi keberhasilan dan tantangan dalam implementasi teknologi ini, serta mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan efektivitasnya guna mendukung pembelajaran yang lebih baik bagi siswa,” kata Sekretaris Yayasan Arika Mahina Febby Sihasale.
Ia menjelaskan, selama dua tahun terakhir program Sekolah Enuma, rata-rata capaian yang diperoleh oleh sekolah mengalami peningkatan. Dari delapan SD yang ikut pada fase pertama, hanya satu SD yang mengalami penurunan, yakni SD Negeri Kilang.
SD Negeri Kilang mengalami penurunan capaian hingga 48 persen pada mata pelajaran bahasa Indonesia dan Inggris. Ada sekitar 17 siswa kelas dua dan tiga yang mengalami penurunan pada dua mata pelajaran tersebut.
“Hanya satu SD yang mengalami penurunan, itu justru aneh, karena tidak mungkin anak mengalami penurunan dan cuma dua mata pelajaran, jadi kami sementara mendiskusikannya juga. Kalau dari testimoni guru, anak-anaknya lebih gampang belajar menggunakan tablet karena ada yang rabun jauh,” ujarnya.
Febby yang juga Koordinator Program Sekolah Enuma menjelaskan, penurunan capaian yang terjadi di SD Negeri Kilang akan mereka pelajari kembali dengan memeriksa satu per satu data awal siswa, untuk memastikan apakah nilai awal yang didapat oleh para siswa merupakan hasil usaha mereka sendiri atau dibantu oleh guru.
“Waktu awal biasanya anak masih baru pengenalan tablet, masih agak bingung, paling cepat dua minggu untuk kami mengenalkan program ini pada mereka terus sudah diberi tes. Ini hanya asusmsi kami, mungkin saja bisa jadi guru atau dari tim sendiri merasa anak-anak harus dibantu, karena catatan awal bagus sekarang malah turun,” ujar Febby.