WAJAR Bukan Diskusi Tanpa Solusi
Kegiatan Walikota dan Wakil Walikota Jumpa Rakyat (WAJAR) yang menjadi agenda rutin mingguan di era kepemimpinan Bodewin Wattimena-Eli Toisuta bukan sekadar forum diskusi tanpa solusi.
“Kami sangat berterima kasih atas partisipasi masyarakat. Apa yang bisa ditangani langsung, sudah saya instruksikan kepada pimpinan OPD untuk segera ditindaklanjuti. Tidak boleh ditunda-tunda,” kata Wattimena pada WAJAR Episode ke-11, Jumat (11/7/2025).
Walikota pun mengapresiasi antusias warga yang hadir dan menyampaikan berbagai persoalan langsung kepada pemerintah melalui kegiatan itu.
Ia mengungkapkan bahwa WAJAR sejauh ini telah menjadi sarana resmi dan efektif untuk menyalurkan keluhan masyarakat secara langsung kepada para pemangku kebijakan, mulai dari Walikota, Wakil Walikota, hingga lurah dan raja. Hal ini menjadikan pemerintah kota lebih responsif, serta memperkuat rasa kepercayaan dan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan daerah.
Transparansi
Bodewin Wattimena menegaskan, setiap keluhan yang memerlukan alokasi anggaran akan dimasukkan ke dalam perencanaan tahun anggaran berikutnya. Proses ini, menurutnya, penting untuk memastikan penanganan yang tepat sasaran dan terencana.
“Kami ingin masyarakat tahu bahwa mereka tidak perlu bingung atau frustrasi mencari tempat untuk menyuarakan keluhan. WAJAR ini tempat yang sah, tepat, dan resmi,” tambahnya.
Walikota juga menegaskan pentingnya kepatuhan pajak, khususnya bagi para pelaku usaha di Ambon. Ia memberikan batas waktu yang tegas kepada Kepala BPPRD Kota Ambon, Rolex S. de Fretes, untuk menyelesaikan piutang pajak yang selama ini tertunggak.
“Pelaku usaha diberi hak, tapi juga harus memenuhi kewajiban. Kalau tidak, kami akan hentikan sementara kegiatan usahanya sampai kewajiban diselesaikan,” ujarnya.
Namun demikian, bagi masyarakat umum, pendekatan persuasif tetap dikedepankan, meski tetap diiringi dengan sistem reward and punishment. Salah satu contoh kebijakan adalah syarat pelunasan PBB sebelum pengurusan dokumen tertentu dapat dilakukan.
Kolaborasi
WAJAR menjadi simbol kolaborasi dan keterbukaan, memperkuat nilai-nilai transparansi, akuntabilitas, serta partisipasi aktif warga dalam pemerintahan. Kegiatan ini juga membuktikan bahwa pembangunan kota yang inklusif hanya bisa terwujud jika ada sinergi antara masyarakat dan pemerintah.
Dengan semangat WAJAR, Pemerintah Kota Ambon terus melangkah membangun kota yang lebih baik, adil, dan merata—dimulai dari mendengar dan menindaklanjuti suara rakyatnya.
Bagi masyarakat Kota Ambon, program ini merupakan peluang untuk dapat menyampaikan keluhan dan aspirasi, baik menyangkut pelayanan publik, pembangunan dan juga pemerintahan. (OM)